Tampilkan postingan dengan label Tentang Manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tentang Manusia. Tampilkan semua postingan

Senin, 01 Agustus 2011

Cerita Sebuah Pensil


                Seorang Anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis surat.
                “Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? Atau tentang aku?”
                Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya, “Sebenarnya, nenek sedang menulis tentang kamu, tetapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini, yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti.” Ujar si nenek lagi.
                Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada sang nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
                “Tapi Nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya.” Ujar  si cucu.
                Sang nenek kemudian menjawab, “Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bias membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini.”
                Si Nenek kemudian menjelaskan kelima kualitas dari sebuah pensil. “Kualitas pertama, pensil mengingatkan kamu kalau kamu bias berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan. Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendak-Nya.”
                “Kualitas kedua, dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tetapi, setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu! Dalam hidup ini, kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena itulah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik.”
                “Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu, memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bias membantu kita tetap berada pada jalan yang benar.”
                “Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu.”
                “Kualitas kelima, sebuah pensil selalu meninggalkan tanda atau goresan. Seperti juga kamu! Kamu harus sadar kalau apa pun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu, selalulah hati-hati dan sadar terhadap semu atindakan.”
[*]

Minggu, 31 Juli 2011

Cerita Tentang Kebenaran dan Ibarat

Suatu hari, Kebenaran pergi berjalan-jalan dengan bertelanjang diri, selayaknya bayi yang baru dilahirkan. Namun apa yang terjadi? Orang yang melihatnya malah berbalik lari menghindari. Tak seorang pun mau mengajaknya mampir ke rumah mereka. Kebenaran merasa sedih dengan apa yang terjadi. Dia lalu menemui Ibarat. Ibarat senantiasa mengenakan pakaian yang indah penuh warna-warni. Ketika melihat Kebenaran, Ibarat berkata, "Katakan, apa yang membuatmu sedih, Sobat?". Dengan getir, Kebenaran menjawab, "Saya sedih. Sangat sedih. Usiaku sudah sangat tua, namun tak seorang pun mau mengenaliku, bahkan menyapaku. Tak seorang pun mau menerimaku."Mendengar hal ini, Ibarat membalas, "Orang-orang itu menghindarimu bukan karena kau tua. Bukankah aku juga tua sebagaimana engkau. Namun, semakin tua usiaku, semakin banyak orang yang menyukaiku. Mari, aku sampaikan satu rahasia:"Setiap orang menyukai hal-hal yang sedikit samar-samar dan cantik. Mari, kupinjami kau pakaian indahku ini, maka akan kau lihat orang-orang yang menyingkirkanmu tadi akan mengajakmu ke rumah mereka dan senang dengan kehadiranmu". Lalu, Kebenaran mengikuti saran dari Ibarat. Dia mengenakan pakaian indah yang dipinjamnya dari Ibarat. Dan sejak saat itu, Kebenaran dan Ibarat Selalu bergandengan.

Enam Kesalahan Manusia

1. Mengira bahwa kesuksesan pribadi bisa diperoleh dengan cara menghancurkan orang lain.
2. Mengkhawatirkan hal-hal yang sesungguhnya sudah tidak bisa lagi diubah atau diperbaiki.
3. Karena kita tidak mampu menyelesaikannya maka kita meyakin-yakinkan diri sendiri bahwa pekerjaan itu memang tidak mungkin bisa dituntaskan.
4. Berkonsentrasi pada hal-hal kecil dan menolak untuk menyingkirkannya.
5.Mengabaikan kemampuan otak dalam menyelesaikan masalah dan tidak mengembangkan sikap rajin membaca.
6. Mendesak orang lain untuk hidup dan berpikir seperti yang kita kehendaki.

Template by:

Free Blog Templates